Thursday, February 9, 2012

Cewe Yang Itiu donk - Yuk Baca cerita hangat ini

"Bung, sekarang giliran kamu. Hayoh! Jangan sungkan-sungkan!"


Saat aku menatap tubuh telanjang di atas tempat tidur itu, terus terang rasa tidak tegaku muncul. Gadis itu masih terlalu kecil, kataku dalam hati. Payudaranya saja belum tumbuh benar. Tapi lendir-lendir basah keputihan yang mengalir dari liang kemaluannya itu berkata lain.


"Tunggu apa lagi? Hayoh! Kalau tidak mau ya, jangan di sini!"


Gadis kecil itu membuka sedikit kelopak matanya. Aku terenyuh saat menyaksikan matanya seolah memohon agar penderitaannya segera diakhiri. Ia harus pulang, kata matanya, ia harus menyetor lembar puluhan ribu itu pada ibunya. Ia harus membayar untuk keperluan sekolahnya. Tapi ia masih terlalu kecil, lagi kata hatiku berseru. Kamu punya otak? Punya hati nurani? Otak mungkin sudah terbang, saat aku mendekati gadis kecil itu. Tapi nurani masih ada Bung, karena itu aku menutup mata.


"Hkk.." gadis kecil itu mengerang saat batang kemaluanku menusuk masuk.


Licin, gumamku dalam hati. Beberapa orang tertawa di belakangku.


"Begitu baru bagus. Hayoh..! Sikat dia! Tancap terus sampai mampus!"


Aku menggerakkan pinggulku tanpa perasaan. Tidak sekali pun kubuka mata ini. Sebab kalau kubuka dan aku melihat wajahnya yang meringis itu, aku pasti akan segera melarikan diri.


"Hayoh..! Hahaha..! Hayoh..!"


Laki-laki yang suka berseru "Hayoh!" itu bernama Jomblang. Jelas-jelas itu nama panggilan. Nama aslinya aku tidak tahu, karena aku baru mengenalnya malam itu, saat aku dan teman-temanku bersenda gurau di sebuah warung kopi. Sayang, saat Erwin menyapanya, aku tidak melihat gadis kecil itu berdiri di belakangnya. Lihatlah sekarang, apa yang sedang kulakukan. Aku sedang bersetubuh dengan seorang bocah ingusan yang kukira usianya terpaut dua puluh tahun denganku.


"AKK..! AKK..!" begitu aku mendengarnya memekik-mekik.


Suara tawa sahabat-sahabatku, beserta teriakan-teriakan penambah semangat mereka masih juga dapat kudengar.


"Hayoh..! Sikat, Bleh..!" juga suara si Jomblang yang parau itu.


Aku heran, kenapa juga tadi aku mau diajak ke rumah ini. Kenapa juga tadi aku mau disuruh masuk ke dalam kamar untuk menyaksikan semuanya. Dan kenapa aku mau pula saat disuruh 'melakukan'?


"Ampun, Oom..! Ampun..!" tiba-tiba aku mendengar si gadis kecil merengek.


Tidak tahan, kubuka mataku. Benar juga. Hatiku pilu seketika. Ternyata gadis kecil itu sedang menangis sesunggukan. Beban lima lelaki pasti terlalu berat untuknya.


"Lihat! Dia minta ampun! Hahaha..!" suara si Jomblang terdengar lagi, tawanya semakin keras.


Aku berhenti menggerakkan pantatku. Ya. Aku berhenti. Kupandangi gadis itu yang sudah diam dalam-dalam. Kelopak matanya yang tadi terpejam juga membuka. Dan ia menatapku di balik genangan air matanya.


"Oom.."


"Hayoh..! Kenapa berhenti?"


"Sudah, Blang, sudah. Kasihan itu anak kecil."


Saat aku menoleh, kulihat salah seorang temanku memegangi pundak si Jomblang. Tetapi orang berwajah liar itu langsung menepis.


"Edan! Masa cuma segitu? Hayoh! Terus lagi..!"


Aku kembali berpaling ke arah si gadis kecil. Hatiku merasa iba. Gadis kecil itu memejamkan matanya. Ia begitu pasrah.


Sorakan si Jomblang kembali terdengar saat aku bergerak lagi, "Hayoh..! Hayoh..! Hayoh..!"


Hayoh kepalamu, pikirku berang. Tapi aku bergerak juga. Akhirnya, aku tidak tahan lagi. Kutarik batang kemaluanku dan ejakulasi di atas bulu kemaluannya yang jarang-jarang itu. Sorakan-sorakan menghilang, juga hayoh-hayoh. Semua seolah meresapi kejadian itu. Bangsat..! Batinku dalam hati. Bukan pada si hayoh-hayoh itu. Tapi pada diriku sendiri.

No comments:

Post a Comment